Kemanusian yang transparan.
Kemanusiaan? Apa itu?
Gue hanya mengenal itu sebagai sebuah kata yang tidak memberi efek apa-apa. Kenapa gue berkata seperti itu? Ya kalian semua harus membuka mata dengan jelas bagaimana kondisi social masyarakat Indonesia sekarang.
Berbagai macam kejadian seakan memberi bukti bahwa kemanusiaan yang sebenar-benarnya telah hilang dari fikiran masyarakat Indonesia seperti yang baru-baru ini terjadi, yaitu gereja yang didemo karena tidak mendapatkan izin untuk menjadi tempat peribadahan.
Baik, gue setuju dengan keputusan kepolisian setempat untuk menghentikan sementara kegiatan peribadahan tersebut karena kita tinggal di Negara yang memiliki Undang-undang. Namun yang menjadi perhatian gue adalah bagaimana CARA masyarakat yang beratas namakan ISLAM untuk membubarkan kamu Kristen pada saat itu.
Menurut gue, muslim sekarang adalah muslim KTP, muslim yang hanya mengaku muslim saat mereka memiliki kepentingan khusus, muslim yang sudah tidak lagi menjadi muslim. Umat Islam memang menjadi mayoritas di negara Indonesia, namun bukan berarti itu menjadi dalih bagi mereka untuk terlihat buas dan ganas, selalu saja menganggap kaum yang berbeda dengan mereka adalah salah.
Pertanyaannya adalah: Apa sudah yakin bahwa mereka adalah contoh MUSLIM yang benar?
Bahkan dilihat dari perbuatan dan perkataan mereka saja sudah memberikan penjelasan pada public bahwa mereka dan wujud muslim sejati adalah dua hal yang kontradiksi.
Keegoisan dan kecintaan yang buta pada suatu hal membuat mereka lupa akan esensi kemanusiaan sejati. Tidak pernah terfikir bagi mereka bahwa kaum yang lain adalah saudara mereka se-sama manusia.
Kemanusiaan adalah hal yang sangat berarti bagi manusia itu sendiri, manusia harus saling menolong dan mempertahankan kemanusiaan agar tidak luput dari fikiran manusia. Kita tidak ingin masyarakat Indonesia bertetangga tanpa pernah merasa ada manusia lain disampingnya. Pergesekan yang terjadi antara dua kaum hanya menimbulkan perpecahan yang tidak akan pernah menyatu dalam sejarah Indonesia.
Kita hidup sebagai mahluk social, lalu bagaimana kita menjadi mishdaq mahluk social tersebut jika kita sendiri hidup tanpa ada rasa kemanusiaan. Mau berapa lama lagi kita menginjak-nginjak jerih payah Munir said Thalib, salah satu pahlawan hak asasi manusia yang tidak akan pernah hilang jejak rekamnya. Kematiannya yang masih menjadi misteri hingga saat ini harus mampu kita tanamkan dalam diri, semangatnya harus mampu kita olah agar mampu melanjutkan jejak langkah yang ia awali dari Malang hingga berakhir di pesawat Garuda GA-974, penerbangan Jakarta ke Amsterdam.
Sudah terlalu lama, mansyarakat Indonesia menjadi peliharaan majikan bernama keegoisan.
Mari sadar bahwa Indonesia adalah rumah yang baik, bersih dan aman bagi para penghuninya yang dating dari berbagai suku dan ras.
Gue hanya mengenal itu sebagai sebuah kata yang tidak memberi efek apa-apa. Kenapa gue berkata seperti itu? Ya kalian semua harus membuka mata dengan jelas bagaimana kondisi social masyarakat Indonesia sekarang.
Berbagai macam kejadian seakan memberi bukti bahwa kemanusiaan yang sebenar-benarnya telah hilang dari fikiran masyarakat Indonesia seperti yang baru-baru ini terjadi, yaitu gereja yang didemo karena tidak mendapatkan izin untuk menjadi tempat peribadahan.
Baik, gue setuju dengan keputusan kepolisian setempat untuk menghentikan sementara kegiatan peribadahan tersebut karena kita tinggal di Negara yang memiliki Undang-undang. Namun yang menjadi perhatian gue adalah bagaimana CARA masyarakat yang beratas namakan ISLAM untuk membubarkan kamu Kristen pada saat itu.
Menurut gue, muslim sekarang adalah muslim KTP, muslim yang hanya mengaku muslim saat mereka memiliki kepentingan khusus, muslim yang sudah tidak lagi menjadi muslim. Umat Islam memang menjadi mayoritas di negara Indonesia, namun bukan berarti itu menjadi dalih bagi mereka untuk terlihat buas dan ganas, selalu saja menganggap kaum yang berbeda dengan mereka adalah salah.
Pertanyaannya adalah: Apa sudah yakin bahwa mereka adalah contoh MUSLIM yang benar?
Bahkan dilihat dari perbuatan dan perkataan mereka saja sudah memberikan penjelasan pada public bahwa mereka dan wujud muslim sejati adalah dua hal yang kontradiksi.
Keegoisan dan kecintaan yang buta pada suatu hal membuat mereka lupa akan esensi kemanusiaan sejati. Tidak pernah terfikir bagi mereka bahwa kaum yang lain adalah saudara mereka se-sama manusia.
Kemanusiaan adalah hal yang sangat berarti bagi manusia itu sendiri, manusia harus saling menolong dan mempertahankan kemanusiaan agar tidak luput dari fikiran manusia. Kita tidak ingin masyarakat Indonesia bertetangga tanpa pernah merasa ada manusia lain disampingnya. Pergesekan yang terjadi antara dua kaum hanya menimbulkan perpecahan yang tidak akan pernah menyatu dalam sejarah Indonesia.
Kita hidup sebagai mahluk social, lalu bagaimana kita menjadi mishdaq mahluk social tersebut jika kita sendiri hidup tanpa ada rasa kemanusiaan. Mau berapa lama lagi kita menginjak-nginjak jerih payah Munir said Thalib, salah satu pahlawan hak asasi manusia yang tidak akan pernah hilang jejak rekamnya. Kematiannya yang masih menjadi misteri hingga saat ini harus mampu kita tanamkan dalam diri, semangatnya harus mampu kita olah agar mampu melanjutkan jejak langkah yang ia awali dari Malang hingga berakhir di pesawat Garuda GA-974, penerbangan Jakarta ke Amsterdam.
Sudah terlalu lama, mansyarakat Indonesia menjadi peliharaan majikan bernama keegoisan.
Mari sadar bahwa Indonesia adalah rumah yang baik, bersih dan aman bagi para penghuninya yang dating dari berbagai suku dan ras.
Komentar
Posting Komentar