Mengarungi Lautan Keheningan
Hai.....
Nggak-nggak. Gue terlalu ramah untuk menyapa dengan kata 'hai'. Jujur, gue nggak tau mau nulis apa. Dari sekian banyak alasan kenapa gue memutuskan untuk kembali menulis adalah karena gue mulai merasa hilang arah. Gue mulai merasa ada yang tidak beres dalam hidup gue. Gue merasa ada yang salah dengan gimana gue melihat konsep kehidupan.
Gue merasa ada yang perlu gue beresin. Dan sialnya, sampai detik ini, gue masih terjebak dengan siklus berantakan yang gue ciptain sendiri.
Di tahun ini, tahun 2024, ada banyak warna kehidupan yang nggak bisa gue pahami. Ada banyak hal rumit yang nggak bisa gue jelaskan. Dari sekian titik dalam hidup gue, hanya satu hal yang gue pahami; gue berantakan.
Dengan alasan ini, gue mencoba untuk menuangkan semuanya lewat tulisan, satu budaya yang sebenarnya gue udah lakuin dari jauh-jauh hari, satu tradisi atau ibadah yang gue temukan dalam kesendirian. Sambil dengerin playlist Novo Amor, gue mencoba mengheningkan cipta, memusatkan semua arus kehidupan, dan mencoba mengendalikan berbagai macam kerumitan yang rumit.
Tahun 2024 baru berjalan beberapa bulan, tapi gue udah mulai merasakan banyak hal, salah satunya konsep people come and go.
TBH, gue masih belum bisa percaya bahwa konsep datang dan pergi memang benar-benar ada.
Gue masih terjebak dalam konsep people come and stay, hingga suatu saat gue sadar bahwa semua orang berhak untuk pergi dari hidup gue. Semua orang berhak untuk cabut dari cerita gue. Semua orang berhak untuk hilang. Semua orang berhak untuk mengucapkan selamat tinggal.
Mungkin awalnya terasa menyakitkan, dan jujur, sampai detik ini pun gue masih bisa ngerasain rasa sakit itu; rasa sakit ditinggalkan, entah dengan kejelasan atau tidak. Tapi, seperti apa yang ada di konsep stoikisme, kita nggak bisa ngendaliin orang lain.
Sampai detik ini, gue masih nggak percaya bahwa nggak ada yang gue punya selain keluarga gue. Gue mulai nggak percaya dengan konsep pertemanan, percintaan, persahabatan, atau apapun itu. Gue mulai merasa gue berada di satu kotak besar yang nggak bisa orang lain pahami. Yang orang lihat sebagai suatu kekurangan atau keanehan tersendiri dalam hidup gue. Gue mulai memahami bahwa konsep hubungan manusia adalah hubungan paling rumit yang pernah gue temuin.
Lewat tulisan ini, gue nggak mau memposisikan diri gue sebagai motivator, penulis handal, orang yang mencoba untuk 'sembuh', atau apapun itu.
Gue hanya mau menuangkan semuanya lewat tulisan, berbagi perasaan dengan diri gue sendiri tanpa perlu meminta validasi dari orang lain atas persetujuan atau tidak setujunya mereka dengan tulisan gue. Gue hanya mau semuanya terasa lebih hangat, setidaknya untuk diri gue sendiri.
Gue hanya perlu menuangkan sedikit demi sedikit sebelum akhirnya gelas pikiran gue akan kosong, dan gue bisa memulai semuanya dari nol. Dari manusia yang dikenal orang-orang ke arah manusia yang tidak dikenal siapa-siapa.
Nantinya, gue akan menulis tanpa outline, alias gue menulis apa yang gue sedang rasain. Mungkin, akan lebih baik seperti itu, agar gue berani untuk lebih jujur pada diri sendiri. Gue nggak berharap tulisan ini akan dibaca orang-orang.
Karena sejauh ini, alasan gue untuk menulis hanya untuk kembali mengenal diri lebih dalam.
Oh ya, soal judul tulisan ini. Kenapa gue memutuskan untuk memberi judul Mengarungi Lautan Keheningan - ini masih judul sementara -, karena gue merasa itulah kata-kata yang menggambarkan diri gue saat ini; iya, hening dalam lautan yang luas.
Segini dulu aja. Gue lanjut nanti (nggak tau kapan)
Komentar
Posting Komentar