Hijrah Aja Dulu, Hijab Belakangan!
Media sosial kerap kali membagikan tawa, duka atau tanya.
Yang terakhir adalah apa yang saya dan sebagain netizen rasakan setelah merasa
Instagram dan YouTube dipenuhi vlog-vlog artis hijrah.
Berhijrah pada dasarnya adalah sebuah tindakan yang baik. Merubah
penampilan menjadi lebih baik dan terdidik. Dan di masa sekarang, berhijrah
seringkali disematkan pada perempuan muslimah yang memilih untuk berhijab
setelah mengalami kegelisahan hati yang tidak karuan.
Fenomena artis berhijab menwarnai televise dan media social.
Keputusan untuk berhijab hampir didukung oleh semua pihak yang sebagian besar
adalah komunitas majlisnya sendiri, alias teman belajar agama.
Dengan keputusan untuk berhijab, tidak jarang kita mendapati
pelaku mendapat sorotan awak media. Berbagai macam pertanyaan yang hampir
sebagian meminta alasan di balik keputusan itu. Dan dengan cucuran air mata,
artis itu membeberkan alasan-alasannya, mulai dari kegelisahan hati hingga dosa
yang disangkutpautkan pada orangtua.
Sebagai artis yang memiliki segudang jejak rekam dan para
penggemar, tidak jarang dari para penggemar yang mendukung keputusan idolanya,
bahkan tidak jarang dari mereka yang ‘mendesak’ idolanya untuk berhijab dan
tidak jarang pula idola mereka menjawab bahwa mereka belum siap. Hingga
munculah diskusi dadakan antara idola dan penggemar atau antara penggemar satu
dengan lain.
Selain kasus berhijab, kasus bhewok atau kening hitam yang
tiba-tiba muncul di wajah artis juga menarik perhatian saya. Merasa harus
berhijrah, tidak sedikit artis laki-laki yang menumbuhkan bhewok tebal nan
lebat, kening hitam serta celana cingkrang dan dengan mudahnya melontarkan
hadis-hadis mengenai perihnya api neraka dan nikmatnya surga.
Saya sendiri setuju dengan keputusan para artis perempuan
yang berhijab atau para artis laki-laki yang berhijrah. Eits, tenang dulu. Saya
belum selesai ngomong.
Yang saya tidak setuju adalah ketika mereka terlena dengan
kehijrahan mereka. Mereka merasa bahwa ketika mereka sudah berhijrah, maka
mereka sudah berada di jalan yang benar. Perjalananmu belum selesai, wahai
fulan dan fulanah~~~~
Kenapa saya tidak setuju? Karena banyak dari mereka sendiri
tidak tahu apakah jalan yang mereka tapaki adalah jalan kebenaran atau bukan.
Mendatangi suatu majlis yang memiliki kepopuleran tinggi tidak melazimkan bahwa
majlis itu menyebarkan atau mengajarkan ilmu agama yang benar. Gimana toh? Masa
menentukan jalan kebenaran dilihat dari kepopuleran si pendakwah, atau dari
fisiknya dia, atau dari lucu atau tidaknya cara dia berdakwah.
Memfilter apa yang diajarkan si pendakwah juga salah satu
hal penting dalam belajar agama. Susahnya jika ada kasus seperti ini, tatkala
Zaynab bertanya pada Hindun.
“Ndun, kamu sekarang ikut majlis ustad Fulan?”
“Iya nih.”
“Memang kamu yakin dengan apa yang dia ajarin?”
“Yakinlah! Orang dia mah lulusan universitas agama
terkenal.”
“Memang kamu yakin dia belajar dengan baik?”
“Yakinlah! Dia itu langsung belajar dari si ini dan si itu.”
“Memang kamu yakin kalo si ini dan si itu memiliki
pengetahuan agama yang benar?”
“Ya…. Aku kurang tau.”
Yap, buntulah jawaban dari semua pertanyaan ini. Dengan
jawaban kurang tau, pengetahuan yang telah disantap menjadi sebuah keraguan
jika yang belajar tidak meneliti apakah yang ditelan adalah kebenaran atau
kesalahan.
Kasus ini seringkali terjadi saat seseorang melontarkan
riwayat dari Nabi Muhammad SAWW. Saat ditanya apakah riwayat itu shohih atau
tidak, si pelontar hanya bisa geleng-geleng kepala karena tidak tahu apa maksud
dari shohih atau tidaknya sebuah riwayat.
Perlu diketahui, mempelajari ilmu agama hukumnya wajib.
Namun, dalam kata mempelajari terkandung makna menseleksi, meneliti dan
mendiskusikan apa yang telah dipelajari. Merasa bodoh tentang ilmu agama itu
baik, namun menelan mentah-mentah apa yang dipelajari tanpa menyaring itu tidak
asik, bahkan bisa saja hal itu tidak baik.
Belajar dan mengajarkan ilmu agama itu memiliki kemulian
tersendiri di sisi Tuhan, namun belajar dan mengajarkan ilmu agama dari dan
kepada orang lain juga memiliki tanggung jawab yang besar di sisi Tuhan.
Komentar
Posting Komentar