"Biarkan Mereka Menganggapku Bodoh."
Bagaimanapun kekalahan adalah satu hal yang menyakitkan.
-Jafar Shodiq.
Biasanya, setelah kekalahan itu, saya akan mengevaluasi kesalahan saya. Bila benar memang saya kalah dan salah, maka saya harus menerima dengan lapang dada. Bila seharusnya saya benar, mungkin cara saya yang kurang tepat dalam menyampaikan argumen. Saya tidak perlu berlari menuju panitia dan mengatakan bahwa saya lah yang seharusnya menang karena hal itu hanya akan membuat saya terkesan haus akan pengakuan. Biarlah bagi mereka saya kalah, tapi bagi saya sendiri, saya adalah pemenang.
Menulis dengan perut kosong ternyata tidak enak. Hahaha. Iya, saat ini saya belum sarapan. Entah karena memang tidak nafsu, atau karena memang tidak ada makanan. Yang kedua lebih mendekati.
Setelah kekalahan dalam diskusi itu pula beberapa teman atau mahasiswa lainnya mulai meragukan intelektual saya. Mereka mulai ragu apakah saya memang pintar sesuai dengan nilai-nilai yang saya dapat, bagaimana cara saya memahami permasalahan dan menyelesaikannya, atau saya ini sebenarnya bodoh dan tidak tahu apa-apa.
Beberapa kali telinga saya menangkap ucapan yang mengindikasikan hal itu seperti, "Nilainya hasil nyontek nih pasti.", "Masa gini doang nggak paham, katanya pinter.", "Lo gimana sih." atau ucapan-ucapan lainnya. Saya menangkap maksud mereka sebagai keraguan atas daya otak saya. Jika kalian tidak setuju pun tidak apa. Saya tidak ingin memenjarakan otak kalian meski selamanya manusia tidak akan bisa merdeka karena saya pikir manusia tidak mampu menggunakan otaknya sebebas yang ia kira, selalu ada batasan dalam berpikir, begitu pula dengan perbuatan dan ucapan.
Dunia ini penuh peraturan. Tak hanya mengatur perbuatan dan ucapan, namun juga mengatur pikiran.
-Jafar Shodiq.
Dianggap bodoh pun tidak menjadi suatu masalah besar bagi saya. Biarkan mereka menganggap saya bodoh karena saya memang bodoh dan akan selalu bodoh.
Karena merasa bodoh itu lah saya masih punya kemauan belajar.
-Jafar Shodiq.
Menjadi bodoh tidak selalu negatif. Bahkan saya menganggap bahwa itu adalah hal yang positif. Ketika seseorang atau gerombolan manusia mengatakan saya bodoh, maka mereka mengingatkan saya agar terus belajar dan memperbaiki apa yang salah. Seharusnya saya berterimakasih pada mereka karena sudah meluangkan waktu mengingatkan saya akan kebodohan saya. Saya tidak perlu membayar mereka apa-apa karena mereka telah dibayar oleh hawa nafsu mereka. Dengan mengatakan saya bodoh, hawa nafsu mereka merasa puas dan itu cukup untuk membuat mereka bahagia.
Berbeda dengan saya, beberapa orang akan sakit hati dengan ucapan-ucapan seperti itu. Saya pun merasakannya. Kebodohan adalah kekurangan namun kekurangan tidak selalu keburukan. Di beberapa kasus, saya bahkan menemukan hal yang tidak terduga saat beberapa pelajar atau mahasiswa memilih untuk mengakhiri hidup karena dianggap bodoh oleh dosen atau teman-temannya. Hanya karena merasakan kegagalan, orang-orang menganggap dia akan gagal selamanya. Padaha jalan ke Cina hanya tidak dari Indonesia. Selalu ada cara untuk berhasil. Bila kita telah menemukan atau membuka satu pintu kegagalan, maka kita harus mencoba pintu-pintu yang lain karena salah satu dari seribu atau jutaan pintu itu adalah pintu keberhasilan. Kita hanya perlu menemukan satu pintu keberhasilan.
Lelah? Capek dianggap bodoh dan gagal? Tentu. Saya akui itu. Sudah puluhan tulisan saya ditolak penerbit besar hingga penerbit kecil. Bahkan ketika saya yakin bahwa tulisan saya diterima karena saya mengirimnya ke media kecil, ternyata tulisan saya pun ditolak oleh media kecil itu. Ingin rasanya berkata, "Halah! Itu memang medianya aja sok juahl mahal.Media kecil gitu doang."
Untungnya saya tidak berkata demikian meski sangat ingin. Saya malah berkata, "Sepertinya memang ada kesalahan dalam tulisan saya."
Bukan berusaha merasa lapang dada, namun saya lebih merasa harus sadar diri bahwa saya pun memiliki kekurangan dan kesalahan. Dan langkah saya tidak boleh berhenti di sini. Bila satu bunga tidak dapat menaklukan wanita, maka berikanlah ia kebun bunga. Bila kebun bunga pun tak mampu mendapatkannya, maka berikanlah ia bunga bank.
Menjadi bodoh memang tidak enak. Karena bodoh memperlihatkan kelemahan. Namun semua orang punya kelebihan masing-masing dan mereka pintar di bidang masing-masing dan bodoh di bidang yang mereka tidak kuasai. Bila saya bodoh dalam berargumen, saya pintar dalam bidang lain. Bila saya bodoh dalam public speaking, saya pintar dalam bidang lain. Bila saya bodoh dalam matematika, maka saya pintar dalam fisika atau yang lainnya.
Tidak ada manusia yang pintar dalam semua pengetahuan.
-Jafar Shodiq.
Tentu ucapan di atas tidak mencakup nabi dan manusia-manusia suci. Karena tulisan-tulisan saya hanya berlaku untuk manusia biasa.
Untuk diri saya dan orang-orang yang merasakan hal yang sama, saya katakan, "Biarkan mereka menganggap kita bodoh, karena hal itu mengingatkan kita untuk tetap belajar."
Dan yang terakhir, saya mengutip kalimat indah dari tokoh Indonesia;
Kepandaian adalah kelicikan yang menyamar. Kebodohan adalah kebaikan yang bernasib buruk.
-Emha Ainun Nadjib, seorang seniman, penyair, budayawana, serta intelektual asal Indonesia.
Komentar
Posting Komentar