Lebaran Online Ala Anak Rantau.

Susahnya jadi anak rantau tuh bukan hanya soal menjaga keuangan, kebutuhan dan ketabahan. Tapi juga menahan kerinduan untuk berjumpa dengan keluarga. 

Pandemic covid-19 sukses buat semua orang jadi 'gila', bahkan lebih gila daripada orang gila. Tiga bulan #dirumahaja ternyata mampu membongkar sifat asli warga Indonesia; tidak mau diatur. Eits, tahan dulu, pandemic ini juga sukses buat badan pemerintah panas-dingin, bingung harus mengambil tindakan apalagi. Tugas pemerintah yang awalnya mencari vaksis guna menyembuhkan pasien-pasien yang terjangkit virus corona semakin bertambah dengan ada warga Indonesia yang seenaknya keluar masuk rumah tanpa perlindungan kesehatan yang telah ditetapka, atau dengan santainya melanggar PSBB dengan alasan sudah bosan. Terserah lo deh Jubaedah~~~~

Bahkan beberapa akhir ini hastag #Indonesaiterserah popular di media sosial. Kabarnya hastag itu disuarakan oleh pemerintah dalam rangkan menyindir warga Indonesia yang susah diatur alias batu banget kaya batu kali. 

Sikap ketidakdispilinan masyarakat Indonesia memang bukan menjadi rahasia umum. Masyarakat Indonesia yang memiliki pola pikir "santai kaya di pantai" emang perlu diberi pelajaran. Egoisme tinggi yang dimiliki warga 62+ ini seakan menjadi hambatan terbesar berkembangnya negara ini. Mereka memang tidak akan sadar jika peristiwa covid-19 tidak terjadi pada mereka sendiri. Sikap tawakkal alias pasrah diri pada Tuhan selalu menjadi alasan untuk lepas dari peraturan. 

Warga Indonesia tuh pantas diberi penghargaan "warga paling pinter se-dunia".... dalam rangka mengakali peraturan. Salut sama sikap tololnya ini!

Hingga hari ini, tercatat sudah ada 20,796 kasus positif virus corona di Indonesia dan tidak menutup kemungkinan angka ini akan terus bertambah dengan bertambahnya orang-orang yang tidak mau mengikuti peraturan kesehatan yang ditetapkan pemerintah. 

Lagian kalo saya boleh bicara kasar pada warga Indonesia, saya akan bilang, "Peraturan ini ditetapkan demi kesehatan kalian juga! Bukan cuman kalian yang pengen semua ini selesai, bukan cuman kalian yang bosan di rumah, bukan cuman kalian yang stress, bukan cuman kalian yang dapat kesulitan, bukan cuman kalian yang punya kebutuhan, bukan cuman kalian yang...au ah!"

Emosi saya makin naik kalo saya mengingat kejadian yang baru-baru ini terjadi. Iya, saat saya menonton sebuah video di media sosial di mana video itu memperlihatkan orang-orang yang bergerumun dan berdesakkan saat memasuki sebuah pusat pembelanjaan. Aih, bawaanya tuh pengen saya sedot ubun-ubunnya dan saya ganti otaknya pakai bubur kacang ijo. 

Pandemic covid-19 memberikan nilai positif dan negatifnya tersendiri bagi saya, anak rantau, yang nyasar di negara Irak semenjak tahun 2017. Nilai positifnya adalah saat di mana saya mendapatkan kesempatan untuk mengeksplor hobby saya dalam menulis, bahkan akhir-akhir ini saya berhasil menyelesaikan tantangan saya membaca sepuluh buku dalam satu bulan, mana tepuk tangannya? Terima kasih… terima kasih.

Mungkin kalian sendiri juga berhasil menyelesaikan atau merealisasikan kerjaan yang sempat tertunda dan bagaiman rasanya? Enak toh?

Adapun nilai negatifnya bagi saya, tidak lain tidak bukan adalah karena saya nggak bisa lebaran di rumah tahun ini. Padahal saya sudah mempersiapkan semuanya semenjak enam bulan lalu, mulai dari rencana liburan di Indonesia sampai ikut seminar di sana. Dan bagian paling nyeseknya adalah saat ibu saya berkata pada saya lewat telefon, "Lebaran tahun ini kita nggak bisa sama-sama, ya?" suara lembutnya sukses buat hati saya tergores-gores. Huhuhu… 

Ya, kalo ngomongin puasa, emang nggak bisa lepas dari yang namanya lebaran dan lebaran tahun ini pun harus saya rayakan dengan online. Senyuman dan pelukan hangat dari ibu dan ayah saya pun harus saya dapatkan lewat online. Rendang yang selalu jadi makanan wajib di rumah saat lebaran pun harus saya pantau lewat online. Sedih banget dah...

Covid-19 mengajarkan pada kita bahwa waktu adalah emas. Serta bertemu dengan orang-orang yang kita sayang adalah momen paling indah setelah lama tidak berjumpa. Meskipun lebaran tahun ini berbeda, namun silaturahmi tetap harus terjaga.

Semangat selalu saya berikan pada anak-anak rantau di seluruh dunia, kalian semua hebat!!


Komentar

Postingan Populer