Netijen Negri +62 Itu...

Beberapa minggu yang lalu, netijen negri +62 kembali berulah. Korban amukan netijen negri +62 adalah artis drama Korea Selatan bernama Han So Hee serta artis Tik Tok bernama Reemar Martin. Yap, dua cewek cantik - ya saya harus jujur dong, kalo mereka tuh cantik - ini menjadi korban bullying netijen Indonesia. 

For Your Information, Han So Hee menjadi korban bully netijen Indo atau kalo saya malah lebih seneng bilang, zombie-zombie Indonesia, karena perannya sebagai pelakor dalam drama The World of The Married. Drama yang kabarnya berhasil menggeser drama Itaewon Class dalam urutan drama terfavorit. Nah, dilihat dari kesuksesan drama The World of The Married, kita harus mengakui bahwa ada andil besar yang Han So Hee berikan. Ya apalagi kalo bukan karena kehebatannya dalam memerankan peran pelakor. Kata yang paling dibenci zombie-zombie Indonesia, terutama ibu-ibu yang tidak mau kehilangan atau membagi cinta suaminya pada cewek lain. "Kamu tidak akan pernah aku lepaskan, wahai suamiku," seru ibu-ibu Indonesia pake nada Hayati. 

Beda lagi dengan Reemar Martin, kali ini bukan ibu-ibu yang menonjok-nonjoknya, melainkan cewek-cewek remaja yang takut kehilangan kekasihnya. Simplenya, cowok-cowok Indonesia merasa tertarik dengan kecantikan Reemar Martin, dan imbasnya, cewek-cewek mereka iri dan cemburu. Muncul deh sikap Kak Ros dalam serial kartun upin-ipin; pemarah, muka jutek dan cemberut. Aura pembunuh pun bisa dirasakan. Bulu kuduk bergidik apalagi kalo cewek-cewek udah bilang, "Ohh. Jadi selama ini kamu stalking Instagram Reemar Martin?", "Oh, jadi kamu lebih suka cewek yang kaya dia?!", "Kamu cuekin aku demi dia?", atau "Emang apasih kelebihan dia?" 

Nah, kalo cowok udah digituin, mau apa coba? Mending tutup WA dan Instagram dan beralih ke Mobile Legend daripada mengadakan debat kusir yang udah pasti bakal dimenangin oleh pihak cewek. Mau cowok-cowok bawa dalil atau hadis pun ceweknya yang bakal menang karena mostly dari mereka akan menggunakan senjata; "Cowok emang gak pernah bisa ngertiin cewek," atau "Emang gitu laki-laki, matanya pada jelalatan," atau ungkapan lain yang bikin cowok diem sekaligus mikir caranya ngebujuk tuh cewek. 

Belum sampai situ, netijen Indo alias zombie-zombie Indo juga ikut membalas penyerangan yang dilakukan oleh penggemar Reemar Martin. Yap, fans Reemar Martin mengira bahwa yang menyerang idola mereka adalah penggemar boyband asal Korea Selatan, BTS atau yang biasa disebut ARMY Indonesia. Ujung dari peperangan ini adalah Army Indonesia yang melaporkan akun Reemar Martin. Tidak terima akun idola mereka dilaporkan, penggemar Reemar Martin melapor balik akun BTS. 

Bahkan baru-baru ini, aktris Thailand bernama Gigie Sanchor menjadi korban amukan netjien +62 karena perannya sebagai pelakor dalam serial drama Thailand, 2gother: The Series. Haduh, kata 'pelakor' memang menjadi pemicu paling ampuh buat bangkitin kemarahan cewek-cewek. Serem!!

Kalo saya sebagai penonton sih seru-seru geli plus jijik. Kalo ada yang tanya kenapa saya bisa ngerasain itu, maka saya jawab;

Saya ngerasain itu karena saya sedang menertawakan mindset atau pola pikir netijen Indonesia. Ya, negara dengan penduduk kurang lebih 250 juta ini nyatanya tidak terlalu pintar dan tidak terlalu bodoh. Tidak terlalu pintar karena mereka tidak bisa membedakan antara drama dan realita, dan tidak bisa membedakan antara mengangumi dan mencintai. Tidak terlalu bodoh karena mereka masih berani mempertahankan rasa cinta mereka pada suami atau kekasih mereka alias masih mau berjuang meski salah tempat perang. 

Sebenarnya kasus semacam ini sudah seringkali netijen Indo ciptakan. Contoh sederhananya adalah mereka-mereka yang memaksakan seorang artis untuk menjalin hubungan dengan artis lain dikarenakan kebaperan mereka dalam sebuah drama. Mereka merasa hanyut dan tenggelam oleh kecocokan yang dilakukan oleh dua artis ini. Dari balik layar tipi atau handphone, wujud netijen Indonesia berubah menjadi mak comblang yang memiliki sifat pemaksa sekaligus julid. 

"Kok gak sama si ini, sih?", "Kenapa mau sama dia? Padahal cocokan sama ini,", "Cantikan dan sholehan juga dia,", "Ko kamu tega sih sama dia? Padahal kalian tuh cocok banget tauuu," 

Saya pikir niat netijen Indonesia baik; tidak ingin idolanya memilih kekasih yang salah, tapi… ada tapinya nih, apa yang mereka lihat, belum tentu sama dengan apa yang idola mereka lihat. Apa yang mereka rasakan, belum tentu sama dengan apa yang idola mereka rasakan. Dan apa yang mereka butuhkan, belum tentu sama dengan apa yang idola mereka butuhkan. 

Idola mereka sendiri pun sebenarnya senang-senang saja jika mereka diperhatikan oleh fans mereka, tapi saya rasa mereka tidak akan senang jika HIDUP mereka diatur oleh fans mereka. Ada sebuah kutipan bagus yang saya dengar dari Iqbaal, mantan personil CJR yang tengah digilai oleh kaum Hawa. Kurang lebih dia bilang gini, "Kalo fans gue pengen perhatian gue, ya jangan minta foto. Karena apa? Karena yang minta foto sama gue tuh banyak, yang ngobrol sama gue yang dikit." 

Menurut gue, ungkapan Iqbaal ini cukup deep dan nyentil. Secara gak langsung, dia pengen mendidik penggemarnya dengan cara mengobrol bukan sekedar minta foto lalu bisa dipamerkan ke orang-orang, "Eh lihat deh, gue foto bareng Iqbaal, nih.", "Gils! Dia ganteng banget, cuy," atau "Calon suami gue!!" 

Seperti Iqbaal, gue pikir semua idola yang 'memiliki' mindset bagus dan teratur juga ingin mendidik penggemarnya. Mereka sendiri akan malu jika penggemar mereka malah mengatur hidup mereka dan mempersalahkan dengan siapa mereka menjalin hubungan. 

Dengan kondisi seperti ini terus, tidak menutup kemungkinan untuk netijen Indonesia memperlukan diri mereka sendiri, idola mereka dan negara Indonesia. Jadi, jangan marah kalo berita mengenai kebodohan warga Indonesia seperti unggah Han So Hee dalam Instagram Story-nya yang melingkari sebuah tulisan di artikel, "Warga Indonesia tidak bisa membedakan antara acting dan realita." Wong kenyataanya seperti itu ko. 

Saran saya untuk netijen Indonesia adalah memperbanyak membaca buku mengenai pengembangan diri, pencerahan diri, pengatur pola pikir dan semacamnya. Terutama bagaimana caranya menggunakan otak sebelum menggunakan jari jempol. Katanya mau jadi warga yang cerdas dan smart. Tujuan itu hanya akan selalu jadi angan jika mindset warganya tidak diberi pengawalan. 

Tan Malaka, Aktivis kemerdekaan dan filusuf Indonesia 1897-1949, pernah berkata, "Kebaikan buat masyarakat itu bergantung kepada watak masyarakat, dan didikan masing-masing orang."

Sebelum menulis tentang artikel ini, saya sempat meminta satu kata mengenai netijen Indonesia pada tiga teman saya, setiap orang memberikan jawaban yang berbeda, yang pertama berkata, "Goblok.", yang kedua berkata, "Genius.", dan yang ketiga berkata, "Be Smart!". 

Saya juga ingin bertanya pada kalian;

1/ Satu kata untuk netijen Indonesia?
2/ Menurut kalian, apasih penyebab netijen Indonesia bisa horror seperti sekarang?

Salam hangat untuk pembaca dan netijen Indonesia! 

Komentar

Postingan Populer