Remaja Indonesia Memang Tolol!

"Eh, kalo mau gaul, foto pake jari tengah dong!", "Lo gak ngerokok? Gak asik lo!", "Pakain lo beli di pasar loak, ya? Jelek banget!", "Berapa harga outfit lo?", "Jadi lo gak pernah ikut DWP atau konser begituan? Kudet dasar!" 

Omongan-omongan gini sudah sering saya tangkap dengan telinga saya sendiri. Terlihat bodoh? Tidak. Saya lebih suka menggunakan kata 'kasihan' pada orang-orang yang senang sekali mengungkapkan ungkapan-ungkapan di atas atau semacamnya. Saya tambahin deh. Saya merasa kasih dan geli pada mereka. Pada orang-orang yang menginjak akal mereka sendiri demi pergaulan yang mereka sadari atau tidak mengikat mereka pada kebodohan. 

Beberapa hari yang lalu, saya menutup akun Instagram saya karena mata saya sakit. Iya, mata saya sakit melihat berbagai macam foto yang menampilkan keinginan untuk diakui, keinginan untuk disertakan dalam pergaulan, keinginan untuk dilihat dan keinginan untuk dipuji-puji. Dengan berbagai macam filter yang saya tidak sadari, remaja-remaja Indonesia sekarang berusaha menampilkan diri mereka dengan cara tolol. Salah satunya dengan berfoto seraya menunjukkan jari tengah mereka. 

Okay, for your information, arti jari tengah itu mengungkapkan kalimat merendahkan menurut Dunia Barat; "Fuck me!", "Fuck you!", "go fuck yourself". Atau mengacungkan jari tengah dianggap sebagai simbol merendahkan. Meskipun ada beberapa orang yang berpendapat bahwa itu hanya bercanda atau main-main. 

I'm gonna ask u something; Kenapa harus ikut pergaulan bodoh hanya agar terlihat populer? Hanya agar terlihat keren? Hanya agar orang bilang, "Gaul banget tuh anak!"

Buat orang-orang yang bingung jawab apa, atau menjawab dengan jawaban  yang tidak masuk akal, sini… duduk dulu sambal ngopi sama saya. Gini, saya tau kalo usia remaja adalah usia di mana seseorang ingin bebas, meng-explore jati diri, mengembangkan skill dan passion, memperluas networking, dan bla...bla..bla… lainnya. Mostly, itu semua dilakuin untuk kepopuleran, uang dan pengakuan. Saya sendiri baru menginjak 20 tahun. Ada perasaan ingin diakui di khalayak umum. 

Kalo cowok, mungkin ada rasa ingin dikagumi semua cewek, apalagi doi. Makanya itu si cowok berani mempertaruhkan apapun demi perhatian cewek-cewek. Entah itu ngatur feed Instagram yang rapihnya lebih rapih daripada pasukan baris-berbaris, ada yang mewek minta motor sport atau vespa tipe baru yang warna-warna mirip warna teletabis, ada yang beli outfit mahal-mahal sampe puluhan bahkan ratusan juta supaya bias terlihat modis, lulur sana-sini hanya agar kulitnya terlihat putih dan elegan, rambut mengkilap mirip oli, atau apalah cara-cara tolol yang sering banget bikin saya geram sekaligus pengen cubit. 

Kalo cewek , hmmmm…. honestly, menurut saya, cewek tuh mahluk yang unik. Unik bangetttttt. Kalo kalian pengen tahu uniknya perempuan, saya merekomendasikan kalian untuk membaca novel Cantik Itu Luka salah satu anak Eka Kurniawan, salah satu penulis favorit saya. Okay, kembali ke lab.... pembicaraan saya. Nah kalo cewek, mostly hampir sama kaya cowok, tapi ada beberapa hal yang bikin mata gue sakit saat lihat mereka. Why? Gue buka dengan satu pertanyaan; kenapa sih cewek itu obsesi banget jadi cantik? Dengan rambut halus, hidung mancung, warna kulit putih, badan ramping, warna mata kehijauan, atau apalah hal-hal yang membuat mereka merasa bahwa mereka 'membutuhkan' cara apapun agar mereka terlihat seperti Kendall Jenner, Kristen Stewart, Lili Reinhart, Emma Watson, Luna Maya, Syifa Hadju dan mahluk-mahluk lainnya yang menginspirasi mereka. 

Saya sendiri tidak terlalu membenci fase remaja saya, fase di mana kita lebih mengetahui dan menguasi inovasi ketimbang orang tua atau adik-adik kita. Fase di mana akal sedang encer-encernya untuk merekam dan membungkus suatu permasalahan. Tapi, on the other side, saya harus menyadari dan mengakui bahwa fase remaja adalah fase di mana kita lebih rentan terkena penyakit moral hingga kita berada di satu titik yang pada umumnya disebut  krisis moral. 

Menurut KBBI, krisis moral adalah kemerosotan dalam bidang moral. Sedangkan moral itu sendiri adalah baik buruk yang diterima umum mengenai perbuatan, sikap, kewajiban, dsb; akhlak, budi pekerti dan lain-lain. 

Ini yang saya perhatikan sekaligus prihatinkan dari remaja-remaja dunia, wabilkhusus Indonesia. 

Mereka lebih mengedapankan otak bawah daripada otak yang ada di kepala. Karena menurut buku Eka Kurniawan yang saya baca, yaitu, Seperti Dendam, Rindu Harus Dibayar Tuntas, otak bawah seringkali lebih mengontrol daripada otak yang ada di kepala. Dan saya akui memang itu yang terjadi saat ini, melihat dari persantase hilangnya keperawanan seorang cewek yang rata-rata berumur 19 tahun. Tentu ini menjadi hal yang lain jika kita berbicara tentang ikatan pernikahan. Dengan mudahnya seorang cewek memberikan keperawanannya pada seorang cowok. Paling gak jauh beda motifnya; cinta. Ingin muntah saya mendengarnya. 

Alhasil, hilangnya keperawanan di Indonesia akan menjadi suatu yang lazim dan diterima masyarakat. Hahaha, kutipan, "Bisa karena biasa" nyatanya gak selalu benar.

Pergaulan Indonesia yang sekarang terjadi memang tidak lepas dari andilnya dunia barat, yang memperlihatkan kebodohan demi kebodohan agar mendapatkan perhatian. Mereka bebas bercium di depan umum, joget sana-sini sambil ngangguk-nganggukin kepala, pake baju minim yang gak lebih ketutup daripada lontong isi daging dan sayuran. Dunia barat memang selalu jadi kiblat pergaulan remaja dunia, termasuk Indonesia.

Nah, untuk mengatasi kebodohan-kebodohan yang diciptakan oleh pergaulan tolol sekarang, saya mau kasih tipsnya;

1/ Mengubah cara pandang kita terhadap dunia, terutama pergaulannya.
2/ Jujur pada diri sendiri kalo kita itu capek ngikutin arus pergaulan.
3/ Berpikit tentang masa depan; seperti mau jadi apa lo sekarang dan nanti, atau apa tanggung jawab positif yang mau lo emban.
4/ Mengurangi bermain media sosial atau beraktifitas dengan hal-hal yang mengajak lo ke arah kekerasan, terutama kekerasan seksual.
5/ Kuatin agama lo dengan cara berkonsultasi pada guru spiritual yang benar, ingat! yang benar, bukan yang populer atau ganteng atau cantik. 
6/ Memfilter atau menseleksi circle pertemanan lo.
7/ Perbanyak quality time dengan keluarga atau orang-orang yang positif. 

Seperti yang dikatakan penulis unyu kita, Boy Candra

"Aku tidak suka menonton bola, hanya untuk diterima pergaulan. Aku tidak (lagi) merokok, hanya untuk diterima pergaulan. Aku tidak menyediakan diri melakukan hal-hal yang tidak kusukai hanya untuk diterima pergaulan. Teman sejati adalah darah dalam dirimu." 

Melalukan perbuatan bodoh hanya untuk terlihat pintar, hanya akan membuatmu bodoh. Memberi barang mahal hanya untuk terlihat kaya, hanya akan membuatmu miskin. Waspadalah! Waspadalah, Bambang!! 



Komentar

Postingan Populer