Aneh




source photo: pinterest.com

Ditemani segelas susu hangat, saya duduk di teras rumah. Sejenak saya ingin melepaskan diri dari bising dunia yang tidak kunjung reda. Rasanya lelah sekali harus memaksa mata untuk tetap terbuka, menghadapi berbagai masalah yang menyerang tanpa jeda.

Sampai detik ini, saya masih belum mengerti apa itu hidup. Seolah semua yang telah saya jalani hanya sekedar awan hitam yang bergerak tanpa henti, mengiringi perjalanan saya yang tidak juga menemukan tempat berhenti. 

Pernah saya bertanya pada diri sendiri, "Apa sebenarnya yang saya cari?"

Dulu, saya pikir kehidupan adalah satu jalan yang akan saya nikmati. Hingga saya sadar bahwa kehidupan bukan hanya tentang hitam dan putih. Ada banyak warna yang belum saya jumpa, ada banyak luka yang belum saya rasa, ada banyak rahasia yang belum tertangkap mata dan ada banyak kehilangan yang belum saya rasakan. 

Berkali-kali saya ingin kembali. Saya benar-benar tidak sanggup untuk melanjutkan perjalanan. Sempat saya beristirahat di pinggir jalan, menatap luasnya langit malam yang dilukis oleh cahaya bulan. Seuntas senyuman saya kirim pada Tuhan, lalu bertanya, "Tuhan, apa kehidupan memang sangat menyakitkan? Atau memang saya yang terlalu banyak bermain perasaan dan melontarkan keluhan?" 

Saya menoleh ke arah samping, melihat bahwa perjalanan saya masih sangat jauh. Entah sampai kapan saya harus berjalan. Hanya Tuhan yang menentukan.

Rasanya sangat melelahkan harus terus-menerus dipaksa berjalan oleh orang-orang yang bahkan hanya menjadi penonton tanpa pernah menawarkan bantuan. Mereka berdiri di pinggiran jalan. Beberapa dari mereka menertawakan, beberapa dari mereka melemparkan hinaan, beberapa dari mereka menambahkan beban, dan beberapa dari mereka berusaha menjatuhkan. 

Kehidupan mulai tidak adil di mata saya. Saya selalu dipaksa tertawa ketika apa yang saya rasakan adalah duka. Saya selalu dipaksa tersenyum ketika kepala saya terasa sakit, seolah ditusuk jutaan jarum. Saya selalu dipaksa bergerak ketika dada saya terasa sangat sesak. Saya selalu dipaksa bahwa semua baik-baik saja, meski semua orang tahu bahwa semua tidak baik-baik saja. 

Karena nyatanya nggak semua hal bisa di-nggak-apa-apa-in. Karena nyatanya nggak semua masalah bisa dihadapin. Karena nyatanya nggak semua harapan bisa dipenuhin. Karena nggak semua doa bisa dikabulin. Dan karena saya mulai percaya bahwa Tuhan punya rencana lain. 

Iya, saya tahu, kehilangan banyak orang yang kita sayangi bukanlah hal yang kita harapkan. Setiap malam doa saya masih sama. Saya berdoa agar mereka tetap berada di sini, duduk di samping saya, bertukar cerita, tertawa, bahkan saling menguatkan lewat pelukan atau doa. Tapi, kehilangan adalah satu hal yang lazim setelah pertemuan. 

Tidak ada yang benar-benar menemani, bahkan hingga kematian menghampiri. Akan ada waktu, di mana satu persatu mereka pergi. Sebagian karena keingingan mereka, dan sebagian lagi karena terpaksa. 

Awalnya saya marah, tapi perlahan saya menyadari bahwa itulah kehidupan. Datang dan pergi. Hilang dan berganti. Jatuh dan tumbuh. Dan meski akan ada banyak hal yang tidak kita sukai dalam hidup ini, saya mau kita tahu dan percaya bahwa doa dan usaha adalah kuncinya. 




Komentar

Postingan Populer