Langkah yang Menyakitkan


Source Photo: Pinterest.com



"Kamu tahu apa yang paling menyedihkan dari sebuah perjalanan?"

Pertanyaan barusan tebersit di kepala saya ketika 'mahluk' itu datang lagi. Mahluk yang seakan menjelma menjadi monster yang paling menakutkan dalam hidup saya. Monster dengan tubuh besar dan tingginya, wajah hitam, bola mata merah, ribuan goresan di kulitnya, dan lidah yang menjulur keluar seperti ular. 

Seolah bayangan, monster itu mengikuti saya tanpa henti. Ia kerap kali datang tanpa saya undang. Dan ketika ia datang, pertahanan yang sudah saya bangun hancur dalam hitungan detik. Saya kalah. Lagi-lagi, saya kalah. 

Saya tidak tahu sampai kapan saya harus seperti ini. Menyadari bahwa semua tidak pernah baik-baik saja. Saya sudah terlalu lelah untuk menjalani kehidupan ini. Beberapa kali pisau atau benda tajam lainnya tersenyum tipis ke arah saya, seolah mereka menarik saya untuk mendekat. 

Tidak! Saya tidak ingin melakukan hal-hal yang bodoh! Tidak, Tuhan! Saya tidak ingin! 

Tapi... tapi sampai kapan?! Sampai kapan saya harus menjalani perjalanan yang tidak pernah saya inginkan? Sampai kapan saya harus selalu dibebankan dengan harapan-harapan yang mereka sendiri tidak bisa wujudkan? Sampai kapan saya harus berusaha tetap tersenyum, saat Engkau tahu sudah ada genangan air mata yang siap turun membasahi pipi? Sampai kapan saya harus berpura-pura normal?!

Tuhan! Bisakah Engkau memberi saya satu alasan untuk tetap bertahan? Satu alasan kenapa saya diciptakan? Satu alasan kenapa rasa sakit ini tidak juga dapat disembuhkan? Tolong... tolong beritahu saya alasan itu...

Tuhan...

Saya minta maaf.

Saya tidak bermaksud berburuk sangka pada-Mu, pun tidak bermaksud meragukan kuasa-Mu. 

Hanya saja semua ini terlalu melelahkan. Hari demi hari saya jalani tanpa ada cinta di dalamnya. Hari demi hari saya lewati hanya demi membuat orang tua, keluarga dan teman-teman saya bangga memiliki saya dalam hidup mereka. Hari demi hari saya lalui hanya agar tidak keluar dari mulut mereka penyesalan karena telah mengenal saya. 

Tuhan... beberapa akhir ini 'monster' itu datang lagi. Kali ini, ia lebih kuat dari sebelumnya. Ada begitu banyak celah untuknya hadir di hidup saya. Dan celah yang paling besar adalah lewat harapan. 

Sial! Berkali-kali saya sudah berkata pada diri saya sendiri, "Cukup! Cukup untuk peduli pada orang lain, Far! Cukup untuk merasa bahwa kebahagiaan mereka berada di tanganmu! Cukup untuk merasa bahwa kamu harus menemani mereka di saat mereka merasa sendirian! Cukup untuk merasa takut kehilangan orang-orang yang sejatinya tidak pernah peduli padamu!" 

Tuhan... entah kenapa, rasanya sakit sekali ketika kita berbuat baik pada orang lain, lalu muncul sebuah harapan bahwa orang itu akan berbuat baik juga pada kita dan ternyata... surprise! Mereka bahkan tidak pernah menganggap kita ada. 

Saya sudah berusaha untuk tidak peduli pada orang lain. Saya sudah berusaha untuk mengatakan bahwa sendirian tidak terlalu menakutkan. Saya sudah berusaha pergi dari mereka sejauh mungkin. Tapi... kenapa?! Kenapa lagi-lagi saya kalah?! Kenapa lagi-lagi saya masih saja tidak bisa menjalani kehidupan ini sendirian?! 

Far! Can u stop caring too much, can't u?!

Far... udah selesai nunggunya? Mau sampai kapan nunggu orang lain bantu kamu? Mau sampai kapan nunggu orang lain peduli sama kamu? Mau sampai kapan nunggu orang lain ada untuk kamu? Mau sampai kapan nunggu orang-orang nanya kabar kamu? Mau sampai kapan nunggu... mau sampai kapan?

Dan... kenapa sih, Far, suka banget ngilang atau pergi? Padahal kamu sendiri tahu kalo orang-orang nggak peduli! Untuk apa? Untuk cari perhatian mereka? Untuk dapat kepedulian mereka? Untuk dapat permintaan maaf mereka? 

Far.. udah, ya. Kamu tahu ini melelahkan, kan?

Sudah cukup kamu peduli sama orang lain, sedang diri kamu malah tersakiti. 

Far... it's okay to take a rest. I wanna see your smile and hear your laugh. I wanna hear your story. Please... don't lie to me. Sudah cukup, ya. Sudah cukup kamu nyiksa diri kamu sendiri. Sudah cukup kamu bertahan di ruang yang menyakitkan. Sudah cukup kamu berkorban. Sudah cukup nangis nggak jelasnya. Sudah cukup mukul-mukul kepalanya. Sudah cukup teriak nggak jelasnya. Sudah cukup, Far. Saya mau kamu sembuh. Saya nggak mau lagi lihat kamu kesiksa kaya gini. 


Dear myself.

Kesehatan mental kamu itu sangat penting. Mereka mungkin mengatakan kamu lemah, atau takut. But, who cares?

Kalo kamu butuh istirahat, silakan. Kalo kamu merasa salah jalan, putar balik. Dan kalo kamu mau nangis, nangisnya sepuasnya. Biarkan Tuhan duduk di sampingmu, dan memelukmu.  


Dan sekarang saya tahu, yang paling menyedihkan dari sebuah perjalanan adalah langkah yang terasa menyakitkan. 

Komentar

Postingan Populer