Kembali
source photo: pinterest. com
Ternyata rindu gak kenal waktu dan tempat.
Saya kira saya harus pergi yang jauh dulu biar tanaman rindu itu tumbuh. Saya kira saya harus gak ngabarin dulu biar rindu itu menghampiri kepala saya.
Ternyata nggak. Rindu itu gak kenal tempat dan waktu. Belum ada satu hari saya terpisah darinya, tapi rindu sudah berhasil menyiksa saya. Suaranya kerap kali datang tanpa diundang. Bagaimana ia bercerita tentang kegiatannya hari itu, bagaimana ia dengan semangat mengajak saya makan, bagaimana ia dengan sedih berkata bahwa drama Korea yang ia tunggu telah selesai ia tonton.
Saya menikmati setiap detik bersamanya. Menjadi bagian terpenting dari hidupnya adalah sebuah keistimewaan. Entah Tuhan mempertemukan kita karena alasan apa. Intinya saya ingin berterima kasih pada-Nya.
Terima kasih sudah memperkenalkan dia dalam hidup saya. Terima kasih sudah mengizinkan dia menjadi salah satu alasan kenapa saya bertahan. Terima kasih sudah membiarkan saya jatuh cinta padanya. Terima kasih karena sudah menuliskan namanya di samping nama saya. Terima kasih karena sudah menciptakan mahluk seindah dia.
Meskipun saya dan dia sadar bahwa cerita kita tidak akan selalu baik-baik saja, tapi saya dan dia sadar bahwa kita bisa menghadapinya bersama-sama.
Pertama kali saya mendengar namanya, saya tidak menyangka nama itu akan tersangkut di benak saya. Saya pun hanya bisa diam ketika bertemu langsung dengannya. Kejadian itu memang selalu lucu bila diingat. Bagaimana dengan lembutnya ia memperingatkan agar tidak jatuh cinta dengannya. Sayang, saya sudah jatuh cinta dengannya sebelum peringatan itu tiba.
Hampir dua bulan menjalani masa pendekatan, saya memantapkan diri untuk mengajaknya melangkah ke jenjang keseriusan. Dengan niat baik saya mengatakan bahwa saya ingin menghabiskan sisa umur saya bersamanya. Ia balik bertanya, apakah saya yakin dengan keputusan saya atau tidak. Saya mengangguk.
Ajakan saya disambut dengan kehangatan. Ia setuju.
Saya tidak menyembunyikan kebahagiaan saya di depannya. Saya mengambilnya dan memeluknya erat. Berharap tidak ada satu pun hal yang mampu melepaskannya dari saya. Saya memejamkan mata, menyampaikan doa, semoga dia adalah jawaban dari pencarian saya selama ini.
Bila seseorang bertanya, apa yang lebih sulit daripada menyatakan cinta, maka saya akan menjawab, menjaganya.
Bila seseorang bertanya, apa yang lebih sulit daripada menjaga cinta, maka saya akan menjawab, mematikannya.
Bila seseorang bertanya, apa yang lebih sulit daripada mematikan cinta, maka saya akan menjawab, tidak ada.
Menjadi seorang lelaki yang punya mimpi, saya diharuskan berani. Termasuk angkat kaki dari kampung halaman sendiri. Tiga bulan setelah menjalin hubungan serius dengannya, saya pamit padanya untuk bekerja di luar kota. Air matanya turun membasahi pipinya, membuat saya tidak tega meninggalkannya. Ia bertanya,"Kenapa harus pergi? Apa tidak ada lowongan kerja di kampung halaman sendiri?"
Setelah mengusap air matanya, saya menjawab, "Saya akan kembali. Saya janji. Ini semua saya lakukan untuk membuktikan ke orang-orang bahwa kamu mendapatkan orang yang pantas."
"Kenapa harus peduli dengan ucapan orang lain?" tanyamu dengan jengkel.
"Saya peduli pada kamu dan masa depanmu."
Bila waktu berwujud manusia, maka saya akan memohon padanya untuk berhenti agar saya bisa memeluk perempuan yang saya cintai lebih lama lagi. Karena rindu itu mulai menampakkan diri.
Untuknya yang saya rindukan, "Jaga diri dan jaga hati. Saya pasti akan kembali menemuimu. Dan saya janjikan, saya tidak akan sendiri. Karena saya akan membawa keluarga besar dan cincin perak yang akan memperindah jari manismu nanti. "
Komentar
Posting Komentar