Manusia
source photo: pinterest.com
Saya pernah berada di titik jenuh. Di mana saya tidak bisa lagi melihat cahaya harapan di hidup ini. Entahlah, seolah Tuhan menciptakan saya lalu membiarkan saya bergerak tanpa mata.
Badai kebingungan mulai menimpa saya saat saya berumur 20. Dari layar ponsel saya melihat orang-orang tertawa lepas bersama pasanganya, keluarganya bahkan teman-temannya. Gambar-gambar itu memperlihatkan bagaimana kehidupan yang saya idam-idamkan. Seolah dongeng mereka telah berubah menjadi kisah nyata, dan dongeng saya sejatinya hanyalah omong kosong belaka.
Gelap. Semuanya gelap gulita. Saya sendiri tidak mengerti alasan di balik ini semua.
Pernah saya pergi ke rumah Tuhan lalu bertanya padaNya, “Tuhan, apa yang terjadi pada hidup saya? Kenapa semuanya terlihat kosong dan hampa? Apa rencana-Mu untuk saya? Kenapa Engkau biarkan saya seolah hanyalah tulang tanpa nyawa?”
Saya berkali-kali mengadu pada Tuhan, berkali-kali bertanya dengan pertanyaan yang sama, “Tuhan, apa alasan di balik ini semua?”
Namun, seoalah ada balasan dari Tuhan, Ia bertanya, “Apa maumu?”
Saya seketika diam. Karena sialnya... saya tidak tahu apa yang saya mau. Saya tidak tahu harus ke mana berjalan karena pada awalnya pun saya tidak yakin apa tujuan saya!
Tanpa mengetahui dan memahami perasaan saya, orang-orang itu masih saya bertanya, “Kenapa kamu belum punya pekerjaan? Kenapa kamu belum lulus? Kenapa kamu belum menikah? Kenapa kamu belum punya anak? Kenapa kamu masih tinggal bersama orang tua? Kenapa jerawatmu banyak? Kenapa tubuhmu kurus? Kenapa tubuhmu gendut? Kenapa otakmu lemah? Kenapa kamu tidak bisa menjadi seperti abang atau adikmu? Kenapa kamu masih saja membebani orang tuamu? Kenapa... kenapa dan kenapa!
Bisakah orang-orang itu berhenti bertanya?! Apakah mulut hanya diciptakan untuk berkomentar dan menghakimi?! Bisakah mereka hanya diam dan melihat tanpa perlu melukai?
Pernahkah mereka mengetahui bahwa saya sadar! Saya sangat... sangat sadar dengan apa yang saya alami sekarang!
Bisakah saya menjadi manusia seutuhnya yang memiliki kebebasan untuk marah, kecewa, menangis dan bahagia?
Komentar
Posting Komentar